Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan

Senin, 27 Mei 2013

media audio visual

Pengertian Media Audio Visual dalam Pembelajaran Makalah, Macam

1.    Pengertian Media Audio Visual


Sebelum beranjak ke pengertian media audio visual maka terlebih dahulu kita mengetahui arti kata media itu sendiri. Apabila dilihat dari etimologi “kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan sesuatu” (Salahudin,1986: 3)

Sejalan dengan pendapat di atas, AECT (Association For Education Communication Technology) dalam Arsyad mendefinisikan bahwa “ media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi” (Arsyad,2002:11).

“Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar” (Rohani, 1997: 97-98).
Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

2.    Bentuk-bentuk Media Audio Visual

Berbicara mengenai bentuk media, disini media memiliki bentuk yang bervariasi sebagaiman dikemukakan oleh tokoh pendidikan, baik dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar siswa, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi bentuk dan jenisnya.

Dalam pembahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk media audio visual yang dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas yaitu:
  1. Media audio visual gerak contoh, televisi, video tape, film dan media audio pada umumnaya seperti kaset program, piringan, dan sebagainya.
  2. Media audio visual diam contoh, filmastip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.
  3. Media audio semi gerak contoh, telewriter, mose, dan media board.
  4. Media visual gerak contoh, film bisu
  5. Media visual diam contoh microfon, gambar, dan grafis, peta globe, bagan, dan sebagainya
  6. Media seni gerak
  7. Media audio contoh, radio, telepon, tape, disk dan sebagainya
  8. Media cetak contoh, televisi (Soedjarwono, 1997: 175).

Hal tersebut di atas adalah merupakan gambaran media sebagai sumber belajar, memberikan suatu alternatif dalam memilih dan mengguanakan media pengajar sesuai dengan karakteristik siswa. Media sebagai alat bantu mengajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audio visual. Ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan rumusan tujuan instruksional dan tentu saja dengan guru itu sendiri.

3.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Audio Visual

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kriteria pemilihan media pengajaran antara lain “tujuan pengajaran yang diingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, mutu teknis, dan biaya” (Basyiruddin, 2002: 15). Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan sesuai dengan pendapat lain yang mengemukakan bahwa pertimbangan pemilihan media pengajaran sebagai berikut:
  1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik dan pemikiran prinsip-prinsip seperti sebab akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan dan mengerjakan t5ugas-tuigas yang melibatkan pemikiran tingkat yang lebih tinggi.
  2. Tepat untuk mendukung isis pelajaran yang yang sifatnya fakta, konsep, prinsip yang generalisasi agar dapat membantu p0roses pengajaran secara efektif, media harus selaras dan menunjang tujuan pengajaran yangt telah ditetapkan serta sesuai dengan kebutuhan tugas pengajaran dan kemampuan mental siswa.
  3. Aspek materi yang menjadi pertimbangan dianggap penting dalam memilih media sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan atau berdampak pada hasil pengajaran siswa.
  4. Ketersediaan media disekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.
  5. Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kerlompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecilatau perorangan. Ada media yang tepat untuk kelompoik besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
  6. Mutu teknis pengembangan visual, baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persaratan teknis tertentu misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen yang berupa latar belakang (Arsyad, 2002 : 72)
Pengertian Media Audio Visual

Dengan adanya gambaran di atas, kriteria pemilihan media audio visual memiliki kriteria yang merupakan sifat-sifat yang harus dipraktekan oleh pemakai media, kriteria tersebut antara lain:
  1. Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
  2. Efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran.
  3. Harus luwes, keperaktisan, dan ketahan lamaan media yang bersangkutan untuki waktu yang lama, artinya bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan (Sadiman, 2002 :1984)

Dengan berbagai dasar pemilihan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik anak didik, pemilihan media audio visual dapat membantu siswa dalam menyerap isi pelajaran, media yang dipilih harus mampu memberikan motivasi dan minat siswa untuk lebih berprestasi dan termotivasi lebih giat belajar.

Sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula baik yang berkenaan dengan sarana fisik maupun non fisik. Untuk itu, diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai, kinerja, dan sikap yang baru serta memiliki peralatan yang lebih lengkap dan administrasi yang lebih teratur. Pengertian Media Audio Visual dalam Pembelajaran Makalah, Macam

Senin, 06 Mei 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN E-LEARNING



SEJARAH PERKEMBANGAN E-LEARNING

E-Learning atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut :
a.      Tahun 1990,
Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi E-Learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (video dan audio) dalam format mov, mpeg-1, atau avi.
b.      Tahun 1994,
Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
c.       Tahun 1997,
LMS (Learning Management System) seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE.
d.      Tahun 1999,
Sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.

Dengan perkembangan teknologi peradaban manusia semakin menjadi bergantung pada fungsi alat teknologi. Termasuk dalam dunia pendidikan, seperti munculnya pembelajaran elektonik (E-Learning) dan berikut ini perkembangan E-Learning dengan beberapa aplikasi perangkat lunak :
1.      Perkembangan E-Learning Dengan Claroline
Perkembangan E-Learning tidak terlepas dari Claroline, karena Claroline merupakan online aplikasi. Claroline adalah sumber online terbuka yakni aplikasi pembelajaran yang memungkinkan sejumlah lembaga pendidikan untuk mendaftar dan mengelola berbagai kursus online mereka. Claroline digunakan di lebih dari 80 negara dan tersedia dalam 30 bahasa. Seluruh aplikasi ini dirancang dengan cara membantu tutor khusus dalam merancang kursus dengan demikian memungkinkan manajemen yang efisien. Beberapa fungsi yang meliputi pengembangan jalur untuk belajar, dokumen penerbitan dan informasi dalam PDF, teks, HTML, atau format video. Salah satu keuntungan yang signifikan darii Claroline adalah bahwa mungkin untuk men-download secara gratis menggunakan web browser pilihan seseorang. Format teknologi seperti MySQL dan PHP digunakan dalam komposisi dan mungkin menggunakan Claroline sesuai dengan sistem operasi umum seperti Windows, Linux, Mac OS.

2.      Perkembangan E-Learning Dengan Joomla
Bagi dunia pendidikan, E-Learning merupakan suatu potensi dan solusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, akan tetapi pembuatan E-Learning memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, diantaranya yaitu : harus mengetahui bahasa pemograman seperti php, html, java, dan proses pembuatannya yang memerlukan waktu yang lama. Namun dengan teknolgi yang semakin canggih ada cara yang lebih praktis dalam pembuatan E-Learning, yaitu dengan aplikasi Joomla. Dengan aplikasi Joomla pembuatan E-Learning menjadi lebih muda karena tidak diperlukannya bahasa pemograman. Sehingga pengerjaannya memerlukan waktu yang relative lebih singkat. Program E-Learning berbasis Joomla menawarkan konsep yang dinamis, yang diasumsikan akan lebih baik dibandingkan dengan hanya mengandalkan keberadaan guru di kelas. Dalam hal ini siswa dapat mempelajari materi pelajaran dimanapun dan kapanpun. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menguasai materi pelajaran secara maksimal, serta menguntungkan siswa.

3.      Perkembangan E-Learning Dengan Moodle
Moodle merupakan salah satu LMS (Learning Management System) open sources yang dapat diperoleh secara bebas melalui http://moodle.org. Moodle dapat dengan mudah dipakai untuk mengembangkan sistem E-Learning. Dengan Moodle portal E-Learning dapt dimodifikasi sesuai kebutuhan. Saat ini terdapat lebih dari 18 ribu situs E-Learning tersebar di lebih dari 163 negara yang dikembangkan dengan Moodle. Dengan memanfaatkan Moodle maka pengoptimalan implementasi akan diperoleh sistem E-Learning dengan maksimal.

TIPE E-LEARNING



TIPE E-LEARNING
 A.  William Horton membedakan ragam jenis E-Learning menjadi lima kategori, yaitu :
1.      Learner-Led E-Learning
Kategori ini dikenal pula dengan istilah Self-Directed E-Learning. Yaitu, E-Learning yang dirancang untuk memungkinkan pebelajar belajar secara mandiri. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pembelajaran bagi para pemelajar mandiri (independent learner).
2.      Instructor-Led E-Learning
Yaitu penggunaan teknologi internet / web untuk menyampaikan pembelajaran seperti pada kelas konvensional. Memerlukan teknologi pembelajaran sinkronous (real time) seperti konferensi video, audio, chatting, bulletin board dan sejenisnya.
3.      Facilitated E-Learning
Merupakan kombinasi dari Learner-Lead dan Instructor-Led E-Learning. Bahan belajar mandiri dalam beragam bentuk disampaikan via website (seperti audio, animasi, video, teks, dalam berbagai format tertentu) dan komunikasi interaktif dan kolaboratif juga dilakukan via website (seperti forum diskusi, konferensi pada waktu-waktu tertentu, chatting).
4.      4    Embedded E-Learning
Embedded e-Learning memberikan upaya agar terjadi semacam just-in time training. Dirancang untuk dapat memberikan bantuan segera, ketika seseorang ingin menguasai keterampilan, pengetahuan atau lainnya.
5.       Telementoring dan E-Coaching
Pemanfaatan teknologi internet dan web untuk memberikan bimbingan dan pelatihan jarak jauh. Dalam konteks ini, tool seperti telekonferensi (video, audio, komputer), chatting, instant messaging, atau telepon dipergunakan untuk memandu dan membimbing perkembangan  peserta didik dalam menguasai pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dikuasainya. Jenis ini lebih banyak diaplikasikan di industri atau perusahaan-perusahaan besar di era global seperti ini.


B. Berdasarkan penggunaannya, E-Learning dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe, yaitu :

1.      Synchronous Learning
Synchronous  berarti "waktu yang sama". Pembelajaran ini adalah tipe dimana pembelajaran eletronik dilakukan atau dilaksanakan pada saat yang sama dimana pengajar sedang mengajar, dan siswa sedang belajar. Hal tersebut memungkinkan interaksi langsung antara guru dan siswa, baik itu melalui internet, maupun melalui intranet. Penggunaan E-Learning tipe ini biasanya digunakan pada konferensi yang pesertanya berasal dari beberapa daerah. Aktivitas tersebut dikenal juga dengan istilah 'web conference' atau 'webinar'. Selain digunakan pada aktivitas tersebut, synchronous learning juga sering digunakan pada kelas online. Synchronous learning mengharuskan guru dan siswa untuk mengakses sistem E-Learning secara bersamaan. Singkatnya, e-learning tipe ini hampir sama dengan pembelajaran langsung di ruang kelas. Namun kelasnya bersifat virtual dan menggunakan media komputer  yang terkoneksi dengan internet.
2.      Asynchronous Learning
Asynchronous yaitu "tidak pada saat yang bersamaan". Jadi, antara guru dan murid tidak harus mengakses sistem e-learning pada saat yang bersamaan. Penggunaan tipe e-learning ini sangatlah populer di dunia e-learning. Keuntungannya, guru dan siswa bebas mengakses sistem e-learning kapanpun dan dimanapun. Siswa dapat mulai belajar, mengumpulkan tugas, berdiskusi, dan menyelesaikan administrasi kuliah setiap saat. Meskipun tidak pada saat yang bersamaan dengan pembuatan atau penulisan materi dan tugas yang dilakukan oleh guru.

C.      Tipe E-Learning berdasarkan interaksi dengan sistem dan kategorisasi adalah  :
1.      Synchronous Learning
2.      Asynchronous (Collaborative) Learning
3.      Self-directed Learning,

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING
Dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang konvensional atau tradisional (tatap muka) E-Learning  memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Purbo (1998) dan Budi Raharjo (2002) dalam Jurnal Teknodik (April 2007) dikemukakan bahwa terdapat tiga dampak positif penggunaan internet dalam proses pembelajaran yaitu :

1.      Akses pada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan online, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi pembelajaran.
2.       Akses kepada narasumber, dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik.
3.      Sebagai media kerjasama, dilakukan untuk penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.

Beberapa kelebihan E-Learning dibandingan dengan pembelajaran tradisional adalah, sebagai berikut :
1.       Kelebihan Untuk Pengajar dan Pendidik
a.       Menghemat biaya,
b.      Lembaga penyelenggara E-Learning dapat mengurangi bahkan menghilangkan biaya perjalanan untuk pelatihan, menghilangkan biaya pembangunan sebuah kelas dan mengurangi waktu yang dihabiskan oleh pelajar untuk pergi ke sekolah.
c.       Mudah dicapai,
d.      Pemakai dapat dengan mudah menggunakan aplikasi E-Learning dimanapun, selama mereka terhubung ke internet. E-Learning dapat dicapai oleh para pemakai dan para pelajar tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
e.       Meningkatkan kemampuan bertanggung jawab,
f.       Kenaikan tingkat, pengujian, penilaian, dan pengesahan dapat diikuti secara otomatis sehingga semua peserta (pelajar, pengembang dan pemilik) dapat bertanggung jawab terhadap kewajiban mereka masing- masing di dalam proses belajar mengajar.
g.      d.      E-Learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran
h.      e.      E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau materi, peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik.
i.        f.       Baik pengajar maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak.
j.        g.       Kebebasan Siswa dan Universitas
k.      h.      Materi kuliah lebih dinamis
l.        Skalabilitas yang lebih luas
m.    Membentuk sebuah komunitas baru

2.       Kelebihan Untuk Pelajar, Siswa, Peserta Didik
a.       Pengalaman pribadi dalam belajar,
b.      Pilihan untuk mandiri dalam belajar menjadikan siswa untuk berusaha melangkah maju, yaitu memilih sendiri peralatan yang digunakan dalam mempermudah proses belajar dan mengumpulkan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.     
b. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memaksimalkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
c.       Siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
d.      Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif

3. Kelebihan Untuk Pengajar, Pendidik, Lembaga Pendidikan
a.       Kemudahan Pengajar,
b.      Kehadiran guru tidak mutlak diperlukan, guru akan lebih mudah melakukan alternatif bahan-bahan belajar yang mutakhir sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuwan.
c.       Memperbaiki sistem pengajaran
d.      Pendidik mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya, dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik.

Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh pemanfaatan E-Learning adalah sebagai berikut :
1.       Dalam E-Learning faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran guru adalah computer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh "contents writer", Designer E-Learning dan pemograman komputer.
2.       E-Learning  juga  mempunyai  beberapa  kelemahan  yang cenderung kurang menguntungkan baik bagi guru, diantaranya :
a.       Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri, kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.
b.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c.       Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
d.      Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (Information, Communication and Technology).
e.       Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
f.       Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan tentang internet.
3.       Untuk sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang mahal untuk membangun E-Learning ini. Dan keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah akan menghambat pelaksanaan E-Learning.
Pemanfaatan internet untuk E-Learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan, seperti kritikan dari Bullen (2001) dan Bean (1997), sebagai berikut :
1.      Kurangnya interaksi antara pengajar dan siswa atau bahkan antara siswa itu sendiri, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.
2.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial.
3.      Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.
4.      Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut untuk menguasai teknik pembelajaran dengan menggunakan ICT (Information Communication Technology).
5.      Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6.      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, dan komputer).
7.      Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan soal-soal
internet.
8.      Kurangnya penguasaan bahasa komputer.